Archive for the ‘ Bandung World Jazz Festival ’ Category

BANDUNG WORLD JAZZ 2009

HARI KE-2 ( 4 Desember 2009 )

Kelompok "Seratuspersen"

Untuk hari ke-2 , ada 2 stage yang main hampir berbarengan, adapun stage 1 yang diberi label The Soul Of Contemporary yang artinya memberi kesempatan grup-grup jazz yang memadukan konsep harmony dengan unsure lain seperti rock,pop,klasik bahkan tradisional.Secara berurutan tampil kelompok Sunda Underground,Traffic Jam On Sunday,Thx A Lot,Bad Boyz Blues dan Tika & The Dissident.

Dari Stage 2 yang diberi label The New Dialog adalah dikhususkan untuk perform dari perguruan tinggi atau sekolah musik,mereka diharapkan dapat unjuk kebolehan dan saling tukar menukar informasi dengan memberi ruang jam session antar musisi kampus dan musisi professional. Dari stage 2 ini muncul performance dari grup G/E/T ,RMHR atau Rumah Musik Hari Rusli,Sony Akbar,Sada serta kelompok asal Pekanbaru Riau yang kental mengusung paduan jazz dan melayu yaitu kelompok GELIGA.

"Harry Toledo & Friends"

Stage 3 yang diberi label A Voice Of A New World yang menjadi tema sentral dari Bandung World Jazz, yaitu grup-grup yang memang konsisten mengusung warna Wolrd Jazz Music dimunculkan di panggung utama ini. Dan diawali tepat pukul 4 sore dengan penampilan dari sebuah project “Aliens In Modjembe Land” yang mana ide cerita digarap oleh Aliya Khalida,Hilmy Ashary,Gillian Jansen dan Gilang Anom dan melibatkan performance dari Jendela Ide All Percussion,Perkusi SD St Yusup 2,Perkusi Melania,Perkusi SD Ursula,Bandung International School Percussion,Hip Hop Ursula,Komunitas Anak Jatiwangi,Beatbox dll.

Opening Ceremony "Jendela Ide All Percussion"

Malam terang purnama rakyat Modjembe mensyukuri kehadiran bulan yang telah menemani mereka dan seluruh mahluk alam semesta di saat malam sepanjang zaman kehidupan berlangsung,mereka menyambutnya dengan riang gembira bermain musik,menari dan bernyanyi,inilah saat yang dinanti oleh para seniman negeri Modjembe untuk mencipta,berkreasi dan berdoa mensyukuri kehidupan damai di negeri yang mereka cintai,seakan cahaya purnama memberikan energi lebih dan positif untuk menumbuhkan daya kreasi mereka.Itulah gambaran konseptual musik dan olah cerita dari Aliens In Modjembe Land.

Penampilan berikutnya adalah musisi dari Bandung Imelda Rosalin dan grup Suara Sama.

Kelompok "LIGRO"

Disusul musisi yang mengusung konseptual Brazillian Jazz yang tampil atas support Kedutaan Brasil di Jakarta yaitu Lica Cecato & Valtinho.Berikutnya tampil Koko Harsoe yang mengeksplore beragam bentuk suara dalam bahasa jazz yang unik,beberapa komposisinya bercerita tentang pengalaman hidup dan spriritual.Koko Harsoe sangat menikmati permainan dengan gitarnya dan sebuah alat bambu wukir (sebuah alat instrument yang dibuat oleh Wukir sahabat Koko Harsoe) dipadu personil lain yaitu Zerliana (piano/keyboard),Helmi Agustrian (double bass), Afan (perkusi) dan Sony (drum). Berikutnya tampil kelompok asal India Parikrama dan ditutup penampilan Riza Arshad dkk dengan grupnya Simak Dialog.Sepertinya tepat Bandung World Jazz 2009 it’s not only jazz, it’s world jazz.(Eko Adji)

Bandung Wolrd Jazz 2009 ( Hari ke-1 )

BANDUNG WORLD JAZZ 2009

Taal Tantra dari India

HARI KE-1 ( 3 Desember 2009 )

Bandung World Jazz Festival 2009 di Sasana Budaya Ganesha di hari pertama di stage 1 berada di luar gedung sabuga yang diberi tag line The Spirit Of Tradition yaitu panggung buat musisi yang berangkat dari musik tradisi dengan dikolaborasi beragam genre jazz menampilkan 5 grup, yaitu Castavaria dan Funk Zee 4 Brass asal Bandung.Kelompok asal Jogya Prabumi tampil memikat dengan unsure etnik jawanya dengan aroma fusion.Di session berikutnya LIGRO yang dimotori gitaris Agam Hamzah cukup banyak mendapat respon dari audience.Dengan komposisi yang cenderung ke warna jazz rock LIGRO meng-eksplore sound cukup unik dari set alat drum yang dimodifikasi dari  kendang sunda.Stage 1 ditutup dengan penampilan pianis berbakat David Manuhutu yang lebih banyak membawakan komposisi swing.

Stage 2 yang berada di dalam koridor pintu depan sebelum masuk ruang utama sabuga yang diberi tag line What Jazz Is It yang berarti menampilkan musisi jazz yang mengeksplore proses kreatifnya ke konsep world music.Anime String Quartet mengawali penampilan, disusul dari Nita Aartsen yang ditemani vokalis Steve Wilson mencoba meramu jazz dari lagu-lagu basic klasik.Kelompok 4 Peniti meramu instrument biola,gitar akustik,drum,bass akustik diantaranya mereka membawakan lagu Bad milik Michael Jackson dengan aransemn swing jazz.Perform berikutnya ada Archipelago yang khas membawakan lagu-lagu daerah di Indonesia dalam aroma jazz ,seperti lagu es lilin,prahu layar,ayam de lampe dalam aroma jazz.Harry Toledo tampil komunikatif dengan audience saat membawakan beberapa komposisinya,2 lagu yang dimainkan diambil dari album barunya yang akan dilaunching Januari 2010 yaitu Smile Again dan Stay Cool.Di stage 2 ini diakhiri dengan penampilan grup Seratus Persen yang daftar pemainnya ada 2 terompet,4 pemain gamelan sunda,bass,perkusi,kendang,ketipung dan drum.Mereka membawakan lagu etnik sunda dipadu dengan jazz.Pada lagu kedua dengan vokalisnya Bivi meramu rap gaya sunda,ada juga lagu Dirimu Hadir yang cukup menjalin koor interaktif dengan penonton,kolaborasi dengan pemain perkusi cilik menutup penampilan kelompok ini.

Pigalle dari Belanda

Stage Utama di dalam Gedung Sabuga mengangkat tag line A Voice Of A New World yang intinya musisi atau kelompok yang ditampilkan adalah yang mengusung konseptual kreasi warna musik baru dari unsur beragam tradisi di dunia dengan balutan jazz.

Dibuka dengan opening ceremony oleh Jendela Ide All Percussion yang menampilkan siswa-siswa SD di Bandung tidak kurang 30 lebih personil dengan harmonisasi beragam alat perkusi menghasilkan sound yang menarik.Disusul perform Karinding Collaborative.Karinding sendiri adalah instrument kecil terbuat dari bambu yang dimainkan secara berkelompok.Grup ini anggotanya Bintang Manira,Yudi Taruna,Wawan Kurniawan,Egon Firman dan Iman Rahman. Sound yang keluar dari alat kecapi dan zither dipadu musik elektrik lainnya menjadi sajian khas kelompok ini.Dari India grup TAAL TANTRA sangat ekspresif mereka memadukan warna musik tradisional India dengan jazz yang bernuansa Eropa.Sisi menonjol dari Taal Tantra adalah kekompakan dalam bermain dengan individu dan alat musik yang komplek seperti gong,tabla,perkusi,saxophone dank has alat tiup India yang memunculkan varian harmoni suaran yang indah dan memukau.Pigalle 44 dari Belanda dengan konsep jazz gipsi serta ramuan be bop,latin dan penerapan modern jazz menjadi daya tarik kelompok ini.Grup asal Solo I Wayan Sadra Sono Seni Ensembel perform berikutnya, grup ini berusaha menjembatani antara musik kontemporer dan musik mainstream,pop,jazz,rock dan bentuk-bentuk musik popular lainnya.Dengan instrument unik seperti jimbe,erhu,saruwan,saron,gender,gong,suling,kecapi membuat warna world music betul-betul tercermin di kelompok ini.Kelompok DEBU menutup Bandung World Jazz Festival hari pertama dengan konsep ramuan worl music dengan penonjolan dari genre musik padang pasir. ( Eko Adji )

Live perfomance dari DEBU

Run Down Bandung World Jazz Festival

Bandung World Jazz 2009
International Bandung World Jazz Festival

Rundown

Day 1 | 3 December 2009

The Spirit of Tradition [Outdoor Stage]

13.30 David Manuhutu [Bandung – INA]
14.15 Tiwi Shakuhachi feat. Saung Angklung Mang Udjo [Bandung – INA]
15.00 Ligro [Jakarta – INA]
15.45 Salamander [Bandung – INA] *TBC
16.30 Prabumi [Yogyakarta – INA]
17.15 Funk Zee 4 Brass [Bandung – INA]

What Jazz Is It [Outdoor Stage]

13.30 Saratuspersen [Bandung – INA]
14.15 Anime String Quartet [Jakarta – INA]
15.00 RMHR [Bandung – INA]
15.45 Archipelago [Jakarta – INA]
16.30 Kirana Big Band [Yogyakarta – INA]
17.15 Harry Toledo [SIN/INA]

A Voice of the New World [Auditorium Stage]

19.00 Opening Act: Jendela Ide All Percussion [INA]
19.15 Opening Ceremonial
19.45 Karinding Collaborative Project [INA]
20.30 Taal Tantra [India]
21.15 Pigalle 44 [Netherlands]
22.45 Debu [USA/INA]
22.30 Vicky Sianipar [INA] *TBC

Day 2 | 4 December 2009

The Soul of Contemporary [Outdoor Stage]

13.30 Nita Aarsten [Jakarta – INA]
14.15 BadBoyzBlues [Bandung – INA]
15.00 Thx A Lot [Bandung – INA]
15.45 Pat Peniti [Bandung – INA]
16.30 Karinding Attack [Bandung – INA]
17.15 Tika [Jakarta – INA] *TBC

The New Dialog [Outdoor Stage]

13.30 Geliga [Pekanbaru, INA]
14.15 Karma [Jakarta, INA]
15.00 G/E/T [INA]
15.45 Sada [INA]
16.30 Sony Akbar [INA]
17.15 Tjut Nyak Deviana Daudsjah [INA]

A Voice of the New World [Auditorium Stage]

16.00 Jendela Ide All Percussion in “Aliens in Modjembe Land” [Kids Program]
19.00 Imel Rosalin [INA]
19.45 Suara Sama [INA]
20.30 Sono Seni [INA]
21.15 Parikrama [India]
22.00 Agung Prasetyo [INA]
22.45 Koko Harsoe [INA]
23.30 Simak Dialog [INA]

Dengan The Spirit of The Tradition kami mengajak para musisi memunculkan kembali sesuatu yang telah menjadi kebiasaan, yang telah mendarah daging secara turun temurun serta menampilkannya dalam semangat jazz yang kolaboratif & demokratis.(Eko Adji)

Kurasi Bandung World Jazz Festival 2009


Tidaklah berlebihan apabila saat ini jazz dikatakan sebagai aliran musik global, cukup flexible terhadap banyak situasi dan adaptif terhadap kemungkinan bunyi yang ada untuk bisa masuk kedalam lingkaran arus harmoni musik jazz. Jazz mengalami perjalanan secara organis dari Amerika ke berbagai belahan dunia, melalui mekanisme imigrasi dan emigrasi pula jazz mengalami pertukaran budaya melalui berbagai hal.
Amerika menjadi tempat kelahiran aliran musik tersebut, akhir-akhir ini di dunia jazz ada pendapat atau klaim yang agak aksiomatis yaitu bahwa jazz saat ini tidak bertanah air. Seandainya jazz adalah manusia maka dia telah menjadi stateless dan bukan lagi merupakan bagian dari sepotong sejarah. Dengan demikian jazz bukan lagi menjadi milik bangsa amerika. Amerika adalah hanya merupakan tempat lahir saja dimana selanjutnya jazz menjadi dinamis, saat ini tanah air jazz ada dimana-mana. Hal ini akan terus berlanjut karena musik terus mengalami revolusi dan evolusi.
Akan tetapi sebagai sebuah kenyataan sejarah dari perut jazz telah lahir aliran-aliran seperti: Rag time, tahun 1890-1915 dimana tahun-tahun tersebut merupakan jaman keemasan awal jazz lahir dengan birama 2/4 sebagai penanda musikalnya dan Scot Joplin menjadi orang paling penting untuk aliran ini. Berikutnya adalah Blues dimana vokal menjadi dominan karena ini awalnya merupakan afrikan folk music tahun 1890 awal kelahirannya dan mengkristal pada tahun 1910, bentuk yang paling terkenal adalah Memphis Blues pada tahun 1912, St Louis Blues 1914. Yang paling fenomenal adalah ketika album Besiie Smith terjual 1 juta copy. New Orleans Style lahir antara tahun 1900 hingga tahun 1917 disini terkenal dengan gaya dixiland, dengan musisi Ferdinand Jelly Roll Morton, Joseph king Oliver dll.
Swing merupakan perkembangan bentuk jazz berikutnya sekitar tahun 1920an masa keemasan aliran ini antara tahun 1935-1945. Dengan tokohnya Duke Ellington, Count Bassie, Benny Godman dengan sebutan The King of Swing. Be-bop merupakan perkembangan dari aliran jazz berikutnya, bebop merupakan bentuk pemberontakan kreatifitas pada improvisasi, penulisan aransemen dari bentuk swing. Bebop merupakan gaya yang sangat kompleks dari aliran sebelumnya dengan Charlie Parker sebagai tokoh utamanya. Pada tahun 1950 jazz mengalami banyak inovasi Coll Jazz adalah bentuk nyata dari inovasi tersebut, cool jazz merupakan lawan dari bentuk jazz sebelumnya. Laster Young, dan Stand Getz, Milles Davis, merupakan tokoh pada jaman ini.
Tahun 1960an muncul aliran free jazz dengan tokohnya yang paling terkenal yaitu Ornette Coleman dan John Coltrane. Free jazz banyak mengusung kebebasan gaya kompositoris dimana bentuk komposisi tidak terikat pada pakem jazz sebelumnya juga dalam hal improvisasi aliran ini banyak mengetengahkan improvisasi yang keluar dari kaidah baku improve. Jazz Rock barangkali merupakan aliran terakhir yang masuk kedalam jazz unsur hentakan musik rock dipadu dengan improvisasi jazz menjadi bagian paling dinamis pada gaya ini. Harbie Hancock, Miles Davies, Chick Corea, Joe Zawinul, Wayne Shorter merupakan orang yang paling giat mempopulerkan aliran ini. Jazz sebagai sebuah aliran ataupun gaya musikal telah pula mengalami sinkretisme dengan musik kontemporer, musik abad XX seperti tampak nyata pada karya-karya komponis besar seperti Stravinsky, Bella Bartok, Edgar Varese, Piere Boulez dll
New World
Kurang lebih 2 abad yang lampau ketika seperangkat gamelan jawa di bawa ke perancis untuk sebuah expo, Debusy menyaksikan dengan seksama bagaimana gamelan itu dimainkan. Dia begitu terperangah dan kagum akan kekayaan harmoni dari gamelan tersebut, Debusy berpendapat, inilah musik sebenarnya, musik yang ia idam-idamkan harmony yang ia cita-citakan. Itulah musik sebuah dunia yang penuh misteri, kekaguman debusy tersebut paling tidak membuka cakrawala baru bagaimana musik (gamelan) tersebut telah memberikan pencerahan baru bagi dunia penciptaan musik di eropah. Cikal bakal bahwa dunia makin tak berbatas sebenarnya sudah dirasakan oleh Debusy, artinya ketika dia melihat gamelan dimainkan dia merasakan katarsis yang lain. Dia merasa ada di wilayah itu, gamelan menjadi wakil pikiran dan perasaan Debusy, sebenarnya inilah harmony yang ia idam idamkan.Bahasa bunyi yang dihasilkan gamelan sudah tidak lagi berbicara pada tataran teknis permainan belaka, ada semacam wilayah permainan yang sangat dalam yang tidak dapat ditemukan dimusik barat pada saat itu. Sayangnya perasaan itu hanya dimiliki oleh seorang Debusy, boleh jadi beliau lahir mendahului jamannya dengan kata lain ia terlalu cepat lahir.
Saat ini ketika semua serba mungkin, ketika teknologi berubah setiap saat, kemunculan hal-hal baru bukanlah sesuatu yang sulit. Informasi dengan mudah diakses. internet menjadi bagian keseharian, memiliki computer adalah kewajiban. Dunia menjadi tanpa batas, kejadian di belahan dunia yang lain dengan cepat diketahui oleh belahan lainnya. Kemajuan teknologi telah memudahkan seorang musisi untuk dapat menikmati, mengambil dan menggunakan semua persoalan musical yang terjadi pada musik di dunia yang lain untuk kemudian dipergunakan pada karya musiknya guna melahirkan sebuah karya musik (komposisi) baru. Akan tetapi persoalan kekaryaan tidak berhenti pada klepto harmony ataupun pemakaian simbol dan tanda-tanda musikal semata dari musik yang diambil. Ada semacam ketulusan sikap dan penjelajahan sangat dalam yang diperlukan untuk membangun sebuah citarasa musikal yang kemudian akan melahirkan sebuah komposisi baru.
Pengalaman dari Debusy diatas barangkali merupakan sepenggal contoh otentik bagaimana membangun atmosfer musical dari sebuah ketulusan sikap, dan wilayah musical yang paling memungkinkan untuk melakukan hal tersebut adalah genre musik jazz. Hal ini dikarenakan jazz merupakan aliran yang sangat flexsibel, terbuka dan adaptif. Sebagai sebuah aliran musik yang paling demokratis, jazz telah banyak mengalami perubahan,Jazz mengalami arus bolak-balik yang sangat kuat, apabila dahulu perhatian jazz tertuju pada Amerika sebagai kiblat jazz, maka saat ini bahkan sejak tahun 60an telah terjadi lintasan-lintasan kecil ketika orang/jazzer Amerika pergi keluar mencari bahan mentah baru untuk kemudian dikembangkan menjadi aliran baru, Asia menjadi tujuan musik timur ini menjadi magnet yang kuat, India, Tibet, Afganishtan, Bali menjadi padang perburuan Jazz.
Ravi Shankar, adalah contoh nyata dari perburuan tersebut, dimana Aldi Meola pernah menjadi lawan mainnya. Jango Reinhard gitaris dengan sentuhan gypsi dan saxophonis Norwegia Jan Garbareck adalah korban berikutnya dimana mereka dengan sukses memasukkan gaya musik tradisionil negaranya digunakan kedalam musik Jazz di Arus Jazz modern menjadi semakin semarak, orang luar menyerbu Amerika dengan segenap gaya jazz yang mengagetkan. Saat ini jazz bukan lagi refleksi sosial masyarakat kelas bawah, akan tetapi jazz telah berubah menjadi semacam forum demokrasi besar dimana setiap orang,setiap bangsa bebas menggaulinya Jazz menjadi semacam musik pembebasan, jazz menjadi semacam musik yang paling terbuka dan dinamis untuk sebuah dialog, instrumen menjadi alat dialog dalam jazz, peluang besar ini paling tidak telah ditangkap dengan jauh seperti oleh grup Krakatau dari Indonesia, Arto Moreira, Oumar Sousa,Tewa Novel dari Thailand, Krzystof Scieranski dari Polandia atau bahkan Subramanivan dari India mereka melakukan
Sinkretikme baru kedalam musik Jazz dengan mengawinkan harmoni musik tradisi masing-masing dengan harmoni jazz, keduanya tidak saling mengalahkan bahkan yang terjadi adalah munculnya bahasa musik yang unik sehingga lahirlah World Jazz. Dengan demikian jazz telah melahirkan sebuah dunia baru, dengan sebuah tatanan baru, tradisi baru .
Dengan mengusung tema A Voice Of the New World, Bandung World Jazz ingin mengajak musisi dan masyarakat pecinta musik untuk bersatu dalam satu kesamaan minat dan kepentingan membangun dunia tanpa batas dan sebuah peradaban baru.
Oleh: Djaelani, Fasilitator musik di Jendela Ide, RMHR, Temasek Internasional School, Dosen Jurusan Musik UNPAS Bandung, Curator: Sabuga Jazz Fest 2008, Bandung World Jazz 2009.(wartajazz.com)

Bandung World Jazz Festival digelar 3-4 Desember 2009

Setelah sukses dengan Sabuga Jazzfest for Freedom 2007, Tajil Jazz 2007, Unity in Diversity Concert 2007, X-MAX – accept difference, maximize tolerance 2007, Sabuga Jazzfest for Freedom 2008 serta Bandung World Jazz pre event-music gathering 2009, Jendela Ide Sabuga menghadirkan Bandung World Jazz Festival 2009 dalam skala international mengusung tema A Voice of the New World.
“Dalam nuansa festival yang unik & alami pada tanggal 3 – 4 Desember 2009 di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) Bandung, akan tampil sekitar 50 grup musik yang menawarkan beragam kekhasan dari tradisi bermusik mereka”, demikian yang terungkap dari Andar Manik, yang ditemui WartaJazz.com di Sabuga beberapa waktu lalu.
Seperti halnya tahun lalu, event ini merupakan rangkaian program Helarfest, yang merupakan presentasi dan program pengembangan komunitas serta industri kreatif di Jawa Barat, khususnya di kota Bandung

PIGALLE 44 (BELANDA)


Mereka yang dipastikan hadir antara lain Parikrama (India), Pigalle 44 (Belanda), Taal Tantra (India), plus sejumlah grup dari Debu, simakDialog, Nita Aarsten Quartet, Ligro, Anime String Quartet, Archipelago, Harry Toledo, Karma, Tjut Nyak Deviana Daudsjah.

TAAL TANTRA (INDIA)


Sementara sejumlah kelompok dari tuan rumah Bandung antara lain Karinding Collaborative Project, Tiwi Sakuhachi feat. Saung Angklung Mang Udjo, Imel Rosalin & Friends, 4Peniti, G/E/T, Saratuspersen, Sony Akbar, Sada, David Manuhutu Trio, Funk Zee 4 Brass, RMHR, BadBoyzBlues, Thx A Lot, dan Karinding Attack serta Jendela Ide All Percussion.
Kurator festival Djailani juga memasukkan sejumlah kelompok dari kota lain seperti Wayan Sadra & Sono Seni (Solo), Geliga (Pekanbaru), Koko Harsoe & Friends (Bali), Agung Bing dan Prabumi , Kirana Big Band Agung Prasetyo (Yogyakarta) dan Suarasama(Medan).
Hingga berita ini diturunkan masih ada sejumlah kelompok seperti Salamander Big Band (Bandung), Tika (Jakarta) dan Vicky Sianipar yang berstatus menunggu konfirmasi.
Anda tertarik menonton acara ini?. Tiket dibandrol seharga Rp. 50.000,- untuk umum dan Rp. 25.000,- untuk pelajar dan mahasiswa. Silakan hubungi Jendela Ide, Sasana Budaya Ganesha Jl. Tamansari 73 Bandung atau email ke bdg.worldjazz09@gmail.com (wartajazz.com)